Sebagian perawat melengkapi dokumentasi ketika pasien sudah pulang. Atau
tidak semua kaidah dokumentasi dipatuhi sehingga kualitas dokumentasi
keperawatan buruk. Hariyati (1999) dalam penelitian yang berjudul
"Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat dan karakteristik
perawat terhadap kualitas dokumentasi keperawatan di RS X" menyimpulkan
bahwa masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan
harus dipertanggungjawabkan dan banyak pihak yang menyebutkan bahwa kurangnya
dokumentasi disebabkan karena tidak tahu apa yang harus dimasukkan (dicatat)
dan bagaimana dokumentasi yang benar. Kondisi tersebut barangkali dialami oleh
sebagian besar perawat. Padahal konsep tentang mekanisme tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam keperawatan sudah termasuk dalam kurikulum pendidikan
keperawatan, termasuk ilmu dokumentasi keperawatan. Disamping itu, dokumentasi
keperawatan seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyaknya
informasi yang harus ditulis dan adanya pengulangan-pengulangan penulisan
informasi yang sama.
Kesulitan tersebut
barangkali tidak perlu terjadi saat kita mempunyai solusi dan menyadari
pentingnya dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan mempunyai makna
penting ditinjau dari aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan,
pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2008). Singkatnya, banyak
informasi yang bisa didapat dengan melaksanakan dokumentasi keperawatan yang
benar, misalnya data penyakit pasien, angka morbiditas, angka mortalitas, lama
hari rawat (length of stay/LOS), BOR, angka nosokomial, budget keperawatan dan
informasi statistik lainnya yang sangat bermanfaat bagi manajer keperawatan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalisme keperawatan.
Dewasa ini telah
berkembang dokumentasi keperawatan berbasis komputer (Computer Based Nursing
Documentation) yang menjadi pengganti Paper Based Documentation. Paper based
documentation, disamping kelebihannya, mempunyai banyak kelemahan, diantaranya
butuh motivasi yang kuat untuk menulis, kualitasnya rendah dan banyak
keterbatasan (Ammenwerth, at all, 2003).
Sementara dokumentasi keperawatan berbasis komputer mempunyai lebih banyak
keunggulan. (Lyden, 2008) dalam papernya yang berjudul "From Paper to
Computer Documentation : One Easy Step?" menuliskan pengalamannya bahwa
dokumentasi keperawatan berbasis komputer yang diterapkan di ICU dengan nama
"The eICU system" mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah
lebih akurat, komplit (lengkap), legibel (dapat dipertanggungjawabkan) dan
membutuhkan waktu yang lebih singkat.
Senada dengan Lyden,
Menke, at all (2001) dalam penelitian yang berjudul "Computerized Clinical
Documentation System (CDS) in the Pediatric Intensive Care Unit"
mengatakan bahwa dibandingkan dengan paper based documentation, CDS lebih dapat
dipertanggungjawabkan (legibel), lebih lengkap (komplit) dan memerlukan waktu
yang lebih singkat. Disamping itu juga memperbanyak waktu untuk merawat pasien,
menurunkan "medical errors", meningkatkan kualitas dokumentasi dan
meningkatkan kesinambungan pelayanan.
Tentunya dokumentasi
keperawatan berbasis komputer juga mempunyai kelemahan, diantaranya adalah
kemampuan perawat dalam melaksanakan proses keperawatan dan keterampilan
perawat menggunakan komputer (Ammenthwerth, at all, 2003).
Sistem informasi
keperawatan berbasis komputer telah berkembang di beberapa negara seperti
australia dan amerika. Beberapa rumah sakit di Jakarta dan kota-kota lainnya
juga telah menerapkan dokumentasi keperawatan yang termasuk ke dalam sistem
informasi keperawatan berbasis komputer. RS Banyumas contohnya, aplikasi sistem
informasi keperawatan telah berdampak positif berupa meningkatnya penghargaan
terhadap perawat. Tentunya ini adalah sebuah prestasi yang membanggakan
sekaligus meningkatkan prestise (citra) perawat di mata profesi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar